Laman

Jumat, 24 Agustus 2012

Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa Madrasah Aliyah Alhayatul Islamiyah

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa Madrasah Aliyah Alhayatul Islamiyah Kedung Kandang Malang
Penulis : Nanang Saifurrijal
Tahun : 2010
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Pembimbing : 1) Drs. Moh. Padil M. Pd. I..  
Kata Kunci : Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar
Dalam suatu lembaga pendidikan, prestasi belajar merupakan indikator yang penting untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa tinggi rendahnya prestasi siswa banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain disamping proses pengajaran itu sendiri salah satunya dipengaruhi oleh motivasi belajar. Motivasi adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau daya penggerak dari subyek untuk melakukan suatu perbuatan dalam suatu tujuan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat motivasi belajar siswa, bagaimanakah tingkat prestasi belajar siswa dan adakah hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas III Madrasah Aliyah Alahatul Islamiyah Kedung Kandang Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tingkat motivasi belajar, prestasi belajar, dan ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III Madrasah Aliyah Alahatul Islamiyah Kedung Kandang Malang berjumlah 32 siswa. Karena kurang dari 100 responden maka peneliti menggunakan penelitian populasi, dengan sample 32 responden. Variabel dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa sebagai variabel bebas serta pretasi belajar sebagai variabel terikat. Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket.
Dari hasil peneltian yang dilakukan bahwa motivasi belajar siswa Madrasah Aliyah Alahayatul Islamiyah Kedung Kandang Malang didapatkan tiga kategori, yaitu: tinggi, sedang, rendah. tingkat motivasi belajar siswa kelas III Madarasah Aliyah Alhayatul Islamiyah yang paling tinggi berada pada kategori sedang yaitu 17 responden atau 53.125 %, dilanjutkan dengan tingkat motivasi belajar tinggi yaitu 10 responden atau 31.25%.
Sedangkan untuk 5 dari 32 responden yang diteliti mempunyai motivasi belajar yang rendah dengan prosentase 15.625. tingkat prestasi belajar siswa kelas III Madarasah Aliyah Alhayatul Islamiyah yang paling tinggi berada pada kategori sedang yaitu 22 responden atau 68.75 %, dilanjutkan dengan tingkat prestasi belajar tinggi yaitu 6 responden atau 18.75%.
Sedangkan untuk 4 dari 32 responden yang diteliti mempunyai prestasi belajar yang rendah dengan prosentase 18.75%. Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS diketahui nilai signifikansi untuk variabel motivasi sebesar 0.704 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar atau Ha diterima.
Hal tersebut dibuktikan dengan hasil analisis dengan menggunakan spss yang menunjukan nilai rhitung 0.704 sedang rtabel 0.000. Dikatakan signifikan atau mempunyai hubungan apabila rhitung lebih besar dari rtabel dengan taraf kesalahan 5%.
READ MORE - Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa Madrasah Aliyah Alhayatul Islamiyah

Belajar Siswa Madrasah Ibtidaiyah di MI. Roudlotus Salamah Purworejo Pasuruan

Pengelolaan Lingkungan Belajar Siswa Madrasah Ibtidaiyah di MI. Roudlotus Salamah Purworejo Pasuruan
Penulis : Siti Aminatul Jannah
Tahun : 2010
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Pembimbing : 1) Drs. Sudiyono.  
Kata Kunci : Pengelolaan, Lingkungan Belajar Siswa, Madrasah Ibtidaiyah
Pengelolaan adalah penyelenggaraan atau kepengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif, dan efisien. Sedangkan lingkungan belajar adalah yang berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksananya proses belajar mengajar atau pendidikan; tanpa adanya lingkungan, pendidikan tidak akan dapat berlangsung. Ki Hajar Dewantoro membedakan lingkungan pendidikan menjadi 3 bagian, yaiu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Siswa atau peserta didik adalah yang berfungsi sebagai obyek yang sekaligus sebagai subyek pendidikan; sebagai obyek karena siswa tersebut menerima perlakuan-perlakuan tertentu, tetapi dalam pendidikan modern, siswa lebih dekat dikatakan sebagai subyek atau pelaku pendidikan.
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pelaksanaan pendidikan ini adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat, sekolah sebagai lembaga pendidikan kedua yang bertanggung jawab terhadap proses pengembangan potensi dasar anak beserta keluarga. Dalam rangka membimbing dan membantu anak didik dalam mengembangkan jati dirinya memerlukan suatu keadaan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan kreatifitas belajar anak.
Suatu kondisi yang kondusif merupakan salah satu ciri lingkungan belajar dikatakan baik, untuk dapat merealisasikan kondisi yang baik tersebut memrlukan upaya-upaya pengelolaan yang maksimal. Dalam hal ini kepala sekolah dan para guru mempunyai peranan penting dalam mengelola lingkungan belajar di sekolah.
Disamping itu kepala sekolah dan para guru mempunyai tugas penuh atas pengelolaan sekolah, pengaturan kelas dalam rangka menata organisasi sekolah sekaligus melakukan pengelolaan terhadap lingkungan belajar di sekolah sebagaimana tercantum dalam UU RI No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 10 ayat 1 yang menyatakan bahwa ” kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh atas penyelengaraan pendidikan dalam lingkungan sekolahnya”.
Suasana atau kondisi lingkungan yang kondusif akan berpengaruh pada proses belajar mengajar siswa di sekolah. Lingkungan belajar yang baik
cenderung mendorong anak untuk belajar dengan tenang dan konsentrasi. Masalah pengelolaan lingkungan ini meskipun tanggung jawab penuh kepala sekolah dan guru, tetapi juga harus didukung oleh siswa dalam hal yang berkaitan antara lain kedisiplinan, tata tertib, serta interaksi sosial di sekolah. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mencoba melihat dari dekat (penelitian empiris) tentang bagaimana keadaan lingkungan belajar di MI. Roudlotus Salamah Purworejo Pasuruan, bagaimana pengelolaan lingkungan belajar yang dilihat melalui usahausaha para pengelola lingkungan belajar sekolah dalam karya ini lebih difokuskan kepada sekolah dan para guru, kebijakan- kebijakan apa yang diambil serta apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan lingkungan belajar di sekolah.
Kemudian dalam penelitian ini, penarikan kesimpulan adalah menggunakan purposive sampling yaitu sampling dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan dengan sengaja dengan catatan bahwa sampel tersebut representatif atau mewakili populasi. Dalam hal ini yang dimasukkan dalam sampel adalah sebanyak 6 orang yaitu mereka yang berkompeten dengan masalah yang sedang diteliti. Selanjutnya dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode observasi, interview serta dokumenter.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa lingkungan belajar di MI. Roudlotus Salamah Purworejo Pasuruan secara intern (dalam sekolah) maupun ekstern (luar sekolah) masih perlu diperbaiki, sehingga yang menjadi program utama di MI. Roudlutus Salamah adalah peningkatan mutu pendidikan yang lebih
maju. Meskipun demikian lembaga hendaknya selalu berusaha memperbaiki diri dan mengatasi masalah-masalah yang masih ada baik masalah yang menyangkut pengelolaan fisik maupun pengelolaan siswa di MI. Roudlotus Salamah Purworejo Pasuruan.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka diharapkan pihak sekolah senantiasa
menjaga keseimbangan lingkungan belajar sekolah secara intern maupun ekstern yang masih perlu banyak perbaikan, memanajemen dengan meningkatkan usaha-usaha pengelolaan lingkungan belajar yang sudah ada serta membuat kebijakankebijakan baru, lebih meningkatkan kerja sama dengan setiap personal dan masyarakat sekitar agar masalah-masalah yang ada dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
READ MORE - Belajar Siswa Madrasah Ibtidaiyah di MI. Roudlotus Salamah Purworejo Pasuruan

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Pada Homeschooling

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Pada Homeschooling Di Sekolah Dolan Villa Bukit Tidar Malang
Penulis : Faizatun Nisa’
Tahun : 2010
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Pembimbing : 1) Drs. A. Zuhdi, MA.  
Kata Kunci : Pendidikan Agama Islam, Homeschooling
Homeschooling adalah pendidikan alternatif berbasis rumah yang dilaksanakan dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun di mana proses pendidikan hampir sepenuhnya depegang oleh orang tua. System pendidikan homeschooling menempatkan anak sebagai subjek dengan menggunakan pendekatan secara at home. Di kota Malang terdapat beberapa lembaga yang menerapkan homeschooling, namun hanya komunitas homeschooling Sekolah Dolan yang berada dibawah naungan Asosiasi Sekolah Rumah Pendidikan Alternatif (ASAH PENA) dan mendapat binaan dari Depdiknas bidang pendidikan luar sekolah. berdasarkan informasi tersebut, maka dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam pada homeschooling di Sekolah Dolan Villa Bukit Tidar malang, dengan fokus dan tujuan penelitian memaparkan tentang:
(1) Pelaksanaan pendidikan agama Islam pada homeschooling di Sekolah Dolan Villa Bukit Tidar Malang.
(2) Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam pada homeschooling di Sekolah Dolan Villa Bukit Tidar Malang.
Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Informannya adalah kepala camp, pengajar Sekolah Dolan, dan orang tua siswa Sekolah Dolan. Sedangkan untuk menganalisis data menggunakan teknis analisis deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang telah didapat sehingga menggambarkan realitas yang sebenarnya sesuai dengan fenomena yang ada.
Hasil penelitian menunjukka bahwa pendidikan agama Islam pada komunitas Sekolah Dolan merupakan pelajaran tambahan yang diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui, memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran agama Islam, sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Materi yang ditekankan adalah mengenai akidah dan akhlak dan metode yang digunakan sangat bervariasai diantaranya: metode ceramah, metode cerita, metode nasihat, metode teladan, dan metode pembiasaan. Untuk pendidikan agama Islam yang dilaksanakan dirumah tidak ada meteri yang digunakan, Adapun metode yang dipakai untuk belajar Pendidikan Agama Islam bersifat kontekstual dan digabungkan dengan kegiatan sehari. Adapun metode yang dipakai untuk belajar Pendidikan Agama Islam bersifat kontekstual dan digabungkan dengan kegiatan sehari. Faktor pendukung pembalajaran pendidikan agama Islam pada homeschooling di komunitas Sekolah Dolan adalah: Kesadaran dari pihak sekolah dan orang tua dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, adanya hubungan yang baik antara kedua orang tua, tutor dan anak, sarana dan prasarana yang memadai dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran, terdapat lembaga keagamaan di lingkungan sekitar. Faktor penghambat pembelajaran pendidikan agama pada homeschooling di komunitas Sekolah Dolan adalah: Terbatasnya waktu yang ada, sehingga tutor kurang bisa maksimal dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, terbatasnya tutor dalam bidang pendidikan agama, kurangnya wawasan yang dimiliki oleh tutor terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam, adanya TV dan Internet yang terkadang mengganggu pembelajaran pendidikan agama Islam di rumah.
READ MORE - Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Pada Homeschooling

Pengajaran Baca Al- Quran Di Pondok Pesantren (Ponpes) Shirathul Fuqoha' II Kalipare kabupaten Malang

Penerapan Metode Yanbu'a Dalam Pengajaran Baca Al- Quran Di Pondok Pesantren (Ponpes) Shirathul Fuqoha' II Kalipare kabupaten Malang
Penulis : IMAM BUKHORI MUSLIM
Tahun : 2010
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Pembimbing : 1) M.Samsul Ulum.M.  
Kata Kunci : Pembelajaran, Metode yanbu’a
A1-Qur’an sebagai mujizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, belajar membaca al-Qur’an merupakan kewajiban kita, sebagai umat Islam hendaknya melakukan langkah positif untuk mengembangkan pengajaran al-Qur'an, melihat sekarang ini banyak generasi kita yang belum bisa membaca al-Qur’an secara baik, apalagi memahaminya, diperlukan media untuk belajar dan memperdalam isi kandungan al-Qur'an, hal itu dengan menggunakan metode dan tekhnik Belajar membaca al-Qur'an yang praktis, efektif, dan efesien, serta dapat mengantarkan untuk menguasai belajar membaca al-Qur'an.
Dari latar belakang itulah penulis melakukan penelitian di Pondok Pesantren
Shirothul Fuqoha’ II. Guna mengetahui mekanisme pengajaran al-Qur’an dengan metode yanbu’a di Pondok Pesantren tersebut, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan yaitu: (1) Bagaimana penerapan metode yanbu’a dalam pengajaran al-Qur’an. (2) faktor apa yang mendukung dan menghambat pengajaran Al-Qur’an dengan metode Yanbu’a.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembelajaran Al-Qur’an dengan metode Yanbu’a, faktor pendukung dan penghambat pengajaran a1-Qur’an dengan metode Yanbu’a. Guna menyajikan data secara ilmiah dan tanpa melakukan manipulasi, penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, interview, dan dokumentasi.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu: (1) Penerapan pengajaran, setiap santri terlehih dahulu harus lulus jilid lima serta hafal materi tambahan makhoriju huruf dan sifatul huruf. (2) faktor pendukungnya adalah ustadz-ustadzahnya sudah bersyahadah dan berdedkasi tinggi, serta kurikulum CBSA dalam pembelajanannya. Sedangkan faktor penghambatnya adalah minimnya sarana prasarana, santri yang kesulitan memahami rosm utsmaniy serta adanya siswa les tambahan sehingga tidak dapat mengikuti pembelajaran ecara aktif. Solusi yang sudah dilakukan adalah untuk mengatasi kesulitan memahami rosrn ustmaniy dengan menunjukkan kalimat-kalimat tertentu seperti Wawu jatuh setelah harakat Qammah yang tidak boleh dibaca panjang. Pada anak yang kurang minat dalam proses belajar mengajar dibuat bervariasi, sedangkan anak yang tidak bisa mengikuti pelajaran karena adanya les tambahan maka diberi jam tambahan
READ MORE - Pengajaran Baca Al- Quran Di Pondok Pesantren (Ponpes) Shirathul Fuqoha' II Kalipare kabupaten Malang

Konsep Tasawuf dan Hubungannya dengan Pendidikan akhlak

Konsep Tasawuf dan Hubungannya dengan Pendidikan akhlak (Telaah Pemikiran Hamka)
Penulis : Purwanto
Tahun : 2011
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Pembimbing : 1) Dr. H. M. Zainuddin, MA.  
Kata Kunci : Konsep, Tasawuf, Pendidikan, Hamka
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki.Meski banyak rumusan-rumusan tentang kebahagiaan datang, namun Islamlah satu-satunya jalan itu. Agama yang akan dijadikan sandaran dan kerangka hidup bukanlah agama Islam yang saat ini dipahami telah terpecah belah menjadi memiliki sekte-sektenya masing-masing, dan dengan praktik ibadah yang mereka buat serta mereka yakini masing-masing untuk diamalkan, sehingga sesungguhnya mereka sendiri telah jauh dari sumber utama (al Qur’an dan Sunnah). Olehkarenanya,Hamka menginginkan agar agama Islam yang menjadi kerangka dalam hidup itu adalah agama Islam yang murni, dan terbebas dari praktik syirik, bid’ah dan khurafât.
Konsep-konsep tasawuf yang di terangkan Hamka sangat dinamis. Ia memahami tasawuf dengan pemahaman yang lebih tepat dengan ruh dan semangat ajaran Islam. Hamka tidak memahami tasawuf sebagaimana gerakan tarekat dan sufistik pada umumnya.Tasawuf model Hamka ini menandingi tasawuf tradisional yang cenderung membawa bibit-bibit kebid’ahan, khurafat, dankesyirikan. Sementara Hamka adalah ulama modernis (Mujaddid) yang begitu anti dengan hal-hal tersebut.Dapat dikatakan, corak tasawuf Hamka adalah tasawuf pemurnian.
Mengingat betapa penciptaan tasawuf dan pendidikan bukanlah hal yang kecil dan mudah tercapai,maka muncullah konsep tasawuf yang dituangkan dari pemikiran atau ide tentang hal-hal yang berkaitan dengan tasawuf yang diungkapkan oleh banyak tokohmuslim,salah satunya adalah pengarang bukuTasawuf Modern,Hamka.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian libraryresearch, Teknik pengumpulan data, dalam hal ini penulis melakukan identifikasi wacana dari buku-buku, makalah atau artikel, majalah, jurnal, web (internet), ataupun informasi lainnya yang berhubungan dengan judul penulisan untuk mencari hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, suratkabar, majalah dan sebagainya yang berkaitan dengan kajian tentang konsep pemikiran Hamka tentangtasawuf. Maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengumpulkan data-data yang ada baik melalui buku-buku, dokumen,
majalah internet (web).
2) Menganalisa data-data tersebut sehingga peneliti bisa menyimpulkan
tentang masalah yang dikaji.

Pada penelitian ini penulis memgambil tiga rumusan masalah yaitu:
(1)Bagaimana konsep pemikiran hamka tentangtasawuf
(2)Bagaimana hubungan antara tasawuf dengan zuhud
(3)Bagaimana hubungan antara tasawuf dengan kehidupan modern
Hasil penelitian ini yaitu:
(1) Hamka menilai bahwa tasawuf adalah sebuah disiplin ilmu yang telah mapan di dalam kajian Islam. Hamka memaknai Tasawuf dengan Shifa’ul Qalbi, artinya membersihkan hati, pembersihan budi pekerti dari perangai-perangai yang tercela, lalu memperhias diri dengan perangai yang terpuji. Hamka memaknai maksud semula dari tasawuf yaitu membersihkan jiwa, mendidik dan mempertinggi derajat budi, menekan segala kelobaan dan kerakusan, memerangi sahwat yang terlebih dari keperluan untuk keperluan diri.
(2) Tasawuf merupakan pondasi bagi insan yang berkecimpung didunia pendidikan. Jadi, hubungan antara tasawuf dengan pendidikan itu sangat erat. Hal itu bisa kita lihat dari konsep pendidikan yang dilontarkan oleh Hamka. Tanpa tasawuf menurut perspektif saya pendidikan tidak akan berjalan sacara mulus bahkan out putnya pun tidak seperti yang diharapkan oleh pendidikan itu sendiri.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menggugah kesadaran umat Islam akan kesesuaian pemikiran tokoh tasawuf dan mengilhami munculnya penelitian yang lebih mendalam dan integral tentang ajaran tasawuf.

READ MORE - Konsep Tasawuf dan Hubungannya dengan Pendidikan akhlak

Model Pembelajaran Kooperatif, Think Pair Share, Hasil Belajar Siswa

JudulPenerapan model pembelajaaran kooperatif Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran menangani surat oleh dokumen kantor siswa kelas X APK 4 SMK Negeri 2 Blitar oleh Sari Kusumawati
PenulisKusumawati, Sari
Pembimbing
Penerbitan, S1 .
Subyek
Label
Abstrak
Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif, Think Pair Share, Hasil Belajar Siswa
Dalam pembelajaran kooperatif, lingkungan belajar dan sistem manajemen dalam pembelajaran dicirikan dengan sifatnya yang terbuka, ada proses demokrasi, dan peranan siswa yang aktif. Guru dan siswa sama-sama melakukan pembelajaran terstruktur dan bebas mengemukakan pendapat pribadi.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk lebih memberdayakan siswa agar tidak hanya menghafalkan fakta, tetapi juga mengkonstruksikan pengalaman dan pengetahuan siswa adalah model pembelajaran Think Pair Share. Model think pair share memberikan waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain.

Tujuan penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran Menangani Surat/Dokumen Kantor kelas X APK 4 SMK Negeri 2 Blitar sudah dapat diterapkan sesuai dengan rencana apa belum, 2) Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas X APK 4 SMK Negeri 2 Blitar setelah mengikuti model pembelajaran kooperatif think pair share (TPS) pada mata pelajaran Menangani Surat/Dokumen Kantor, 3) Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif think pair share (TPS) pada mata pelajaran Menangani Surat/ Dokumen Kantor kelas X APK 4 SMK Negeri 2 Blitar.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang telah diamati. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian mulai awal hingga akhir penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 2 Blitar, dengan subjek penelitian ini adalah siswa kelas X APK 4 SMK Negeri 2 Blitar yang mengikuti mata pelajaran Menangani Surat/Dokumen Kantor. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi terhadap guru dan siswa, catatan lapangan, angket, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share di SMKN 2 Blitar khusunya kelas X APK 4 berjalan sesuai dengan rencana. Hal ini dapat ditunjukkan dari prestasi belajar siswa ternyata dapat ditingkatkan. Pada siklus I yang tuntas belajar 78,06% sedangkan pada siklus II sebanyak 86,18%. Demikian pula dengan aktivitas belajar siswa dan guru dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif Think Pair Share.

ii

Aktivitas belajar siswa aspek afektif meningkat 5,89%. Hal ini terbukti pada siklus I rata-rata kelas sebesar 85,50%, sedangkan pada siklus II rata-rata kelas mencapai 91,39%. Untuk aspek psikomotorik juga terdapat peningkatan 14,95%. Hal ini terbukti pada siklus I rata-rata kelas sebesar 75,44%, sedangkan pada siklus II rata-rata kelas sebesar 90,39%. Untuk aktivitas guru meningkat sebesar 3,13%. Hal ini terbukti pada siklus I rata-rata sebesar 96,87%, sedangkan pada siklus II rata-rata mencapai 100%. Dari angket yang disebarkan kepada 34 siswa, setelah mengikuti model pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada mata pelajaran Menangani Surat/Dokumen Kantor respon yang dihasilkan adalah sangat positif.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disarankan kepada pihak sekolah SMKN 2 Blitar untuk menyediakan media pembelajaran dan menghimbau kepada 70% guru untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif disamping model konvensional, bagi guru mata pelajaran Menangani Surat/Dokumen Kantor dianjurkan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) karena hasil penelitian ini membuktikan adanya peningkatan hasil belajar siswa, bagi siswa disarankan agar tidak hanya memanfaatkan sumber dari modul yang sudah ada, tetapi juga harus mencari dari sumber lain, dan bagi peneliti berikutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang model pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share dalam proses pembelajaran.
READ MORE - Model Pembelajaran Kooperatif, Think Pair Share, Hasil Belajar Siswa

model pembelajaran project citizen, keterampilan berpikir kritis dan kreatif

JudulPenerapan model pembelajaran project citizen untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa kelas V SD Islam Sabilillah Malang oleh Luqman
PenulisLuqman
Pembimbing
Penerbitan, S2 .




Abstrak
Kata Kunci: model pembelajaran project citizen, keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
Peningkatan keterampilan berpikir kritis dan kreatif sebagai fokus penelitian ini bermula dari hasil studi pendahuluan bahwa pembelajaran PKn di SD Islam Sabilillah Malang khususnya pada kelas V masih belum optimal. Pembelajaran PKn masih belum memberikan pengalaman belajar untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif seperti yang diamanatkan kurikulum. Pembelajaran didominasi metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. LKS yang diberikan kepada siswa juga masih belum memberikan pengalaman belajar yang mengarah kepada keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Demikian halnya dengan Uji Kompetensi yang lebih mengarah kepada aspek kognitif tingkat C1 dan C2. Oleh karena itu, perlu adanya strategi pembelajaran yang berorientasi kepada keterampilan berpikir kritis dan kreatif yang dilandasi nilai-nilai Pancasila.

Model pembelajaran project citizen merupakan instructional treatment yang berbasis masalah untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan watak kewarganegaraan serta mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif yang didasari oleh nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan penerapan model pembelajaran project citizen untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif, (2) mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis dengan menerapkan model pembelajaran project citizen, dan (3) mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif dengan menerapkan model pembelajaran project citizen.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas V D SD Islam Sabilillah Malang pada semester Genap tahun pelajaran 2011/2012. Guru dalam penelitian ini selain menjadi peneliti, juga berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, penafsir, sekaligus sebagai pelapor hasil penelitian. Data penelitian ini diperoleh dari hasil (1) observasi kegiatan guru, (2) observasi kegiatan siswa, dan (3) analisis hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan model project citizen untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif melalui 6 (enam) langkah yang dilakukan secara berkelompok. Langkah-langkah tersebut adalah (1) Mengidentifikasi masalah. Kelompok mengidentifikasi masalah yang terdapat di lingkungan sekitar kemudian menuliskan alasan dari masing-masing masalah yang telah ditemukan/diidentifikasi untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis. (2) Memilih masalah. Kelompok melakukan musyawarah mufakat untuk memilih satu masalah yang akan menjadi kajian dan bahasan kelompok. Siswa dibimbing dan difasilitasi untuk memberikan alasan pemilihan masalah. (3) Mengumpulkan informasi. Setelah kelompok menentukan satu permasalahan, kelompok mengumpulkan informasi selengkap dan sebanyak mungkin dari berbagai sumber tentang masalah yang dibahas. (4) Mengembangkan portofolio. Informasi yang telah diperoleh kelompok, kemudian dituangkan dalam portofolio. Siswa menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan pokok permasalahan, data-data yang berhubungan dengan masalah, dan gagasan-gagasan untuk mengatasi masalah. (5) Menyajikan portofolio. Kelompok menyajikan/mempresentasikan portofolio untuk menjelaskan permasalahan dan gagasan siswa untuk mengatasi masalah kepada seluruh siswa dan undangan (pihak sekolah). (6) Refleksi pengalaman belajar. Siswa diajak untuk mengevaluasi hal-hal yang telah dilakukan selama pembelajaran dan memberikan penguatan kepada siswa untuk selalu peka, kritis, dan kreatif terhadap hal-hal yang ada di sekitar.

Secara kuantitatif, penerapan model pembelajaran project citizen dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis yaitu 74,3 pada siklus I menjadi 83,9 pada siklus II. Selain itu, penerapan model pembelajaran project citizen juga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif yaitu 70,8 pada siklus I menjadi 75,6 pada siklus II.
READ MORE - model pembelajaran project citizen, keterampilan berpikir kritis dan kreatif